Kamis, 19 September 2013

Maafkan Aku, Shantika....

"Huh!" Alanna merengut kesal. Ia melirik ke arah Shantika. Ia
melihat Shantika disayang, dicium, dipeluk. Apapun akan Mama lakukan demi Shantika. Sedangkan Alanna?? Huh, dicium saja tidak pernah. Apalagi dibelikan barang yang ia sukai.

"Shantika, kamu mau apa, Sayang?" tanya Mama.
"Hm, aku mau... Baju baru aja deh!" jawab Shantika.
"Iya, nanti Mama beliin!" ujar Mama sambil tersenyum.
"Ma, Alanna juga mau dong, mau dibeliin baju baru kayak Shantika!" sahut Alanna.
"Nanti Mama beliin, ya! Tapi, punya Shantika dulu," jawab Mama.
"Kan, dibeliin barengan juga bisa, Ma!" bantah Alanna.
"Uang Mama tidak cukup kalau dibelikan barengan!" sahut Mama.
"Huh, kenapa sih, Mama lebih sayang Shantika daripada Alanna??" tanya Alanna.
"Sudah, ah. Kok kamu malah kasar gitu sama Mama? Siapa yang ngajarin kasar kayak gitu?!" marah Mama.
Alanna pun pergi begitu saja tanpa memedulikan panggilan Mama.
Samar-samar ia mendengar suara Mama dari dalam.
"Shantika, Mama beli baju untuk kamu dulu, ya!" ujar Mama.
"Sip, deh, Ma. Jangan lama-lama, ya!" seru Shantika.
Mama pun mulai menghilang dari pandangan Shantika.
"Huh, kenapa sih, Mama lebih sayang sama Shantika?! Padahal, aku dan Shantika kan, saudara kembar!" seru Alanna, tapi agak pelan agar suaranya tidak terdengar oleh Shantika.
"Eh, Alanna, di sini kamu rupanya. Mau main boneka sama aku enggak?" tanya Shantika sambil berlari kecil ke arah Alanna.
"Enggak, ah!" jawab Alanna ketus.
"Kenapa? Biasanya kamu mau. Kamu marah sama aku, ya?" tanya Shantika.
"Udah tahu, pake nanya lagi!" jawab Alanna ketus.
"Oh, ya udah, kalau begitu aku minta maaf, ya," kata Shantika.
"Enggak semudah itu, tahu!" seru Alanna.
"Tapi..."
"Huh, kamu itu ya, udah ngambil hati Mama dari aku! Harusnya aku yang dapat kasih sayang dari Mama, bukan kamu!" potong Alanna sambil memelototi Shantika. 
Shantika terdiam seribu kata. Setitik air mata jatuh membasahi pipi Shantika. Akan tetapi, Alanna tidak memedulikan hal itu.
Alanna berlalu pergi begitu saja. Pikirannya dipenuhi oleh kemarahan yang membara di hatinya.
Ia pun masuk ke kamarnya dan Shantika.
"Brakk!!" Alanna membanting pintu.
"Alanna, tunggu!" seru Shantika berusaha menyusul Alanna ke dalam kamarnya, tapi percuma. Alanna telah mengunci pintu kamarnya.
Shantika terduduk, menangis. "Apa salahku pada Alanna sehingga ia membenciku?" tanyanya sambil terisak.
Saat Mama pulang....
"Shantika, kamu kenapa Sayang?" tanya Mama khawatir. Shantika menggeleng. 
"Ayo, Mama antarkan kamu ke kamar Mama, ya," ucap Mama lembut.
"Brakk!!" tiba-tiba pintu kamar Alanna terbuka lebar. Muncullah Alanna di depan pintu.
"Enggak! Enggak boleh! Shantika enggak boleh ke kamar Mama!" seru Alanna.
"Alanna! Apa kamu yang membuat Shantika menangis?!" tanya Mama.
"Iya, memang kenapa??" jawab Alanna sekaligus bertanya.
"Alanna, kamu itu kejam banget sama Shantika!" marah Mama.
"Biarin!" jawab Alanna ketus. Sementara Shantika masih terus menangis.
"Kamu ikut Mama sekarang juga!" seru Mama sambil menggandeng tangan Alanna.
"Mama, aku enggak mau di sini!" seru Alanna.
"Ini hukuman untuk kamu! Jangan sekali-sekali kamu berbuat kayak gitu sama Shantika!" marah Mama.
"Ma, jangan, Ma!" tahan Shantika.
"Enggak bisa, Shantika! Mama harus kasih hukuman sama Alanna!" jawab Mama.
"Brakk!!" pintu gudang pun tertutup dan terkunci. Alanna menangis di dalam. 
"Shantikaaa!!!!" teriak Alanna kencang. Akan tetapi, teriakkannya tidak dihiraukan oleh Mama.
"Shantika, kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Mama lembut.
"Shantika enggak apa-apa kok, Ma," jawab Shantika.
"Ikut Mama, yuk, kita jalan-jalan," ajak Mama.
"Enggak ah, Ma, Shantika enggak mau kalau Alanna enggak ikut," tolak Shantika.
"Hm, ya sudah. Mama akan melakukan apa saja, demi kamu," ucap Mama.
Mama pun membebaskan Alanna dari gudang.
"Alanna, ayo, Mama dan Shantika mau jalan-jalan!" ajak Mama.
Alanna menurut saja. Dari pada di gudang, mending jalan-jalan, pikirnya.
Ketika Alanna berganti baju, Alanna melihat Shantika dipakaikan baju oleh Mama. Kayak anak kecil aja! batinnya.
Setelah selesai bersiap-siap, mereka bertiga pun pergi menaiki sebuah becak. Alanna dan Mama duduk bersebelahan, sementara Shantika dipangku oleh Mama. 
Sesampainya di mall....
"Ma, Alanna mau baju yang ini nih, kayaknya bagus!" ujar Alanna sambil menunjuk ke arah sebuah baju berwarna pink.
"Ah, ini cocoknya buat Shantika!" sahut Mama.
"Ih, Mama, Alanna juga mau baju kayak gitu, kali!" balas Alanna tak mau kalah.
"Nanti untuk kamu, Mama yang milihin!" ujar Mama.
"Mama! Kenapa sih, Mama beliin untuk Shantika terus? Alanna kapan Mama beliin!" seru Alanna mulai kesal.
"Sabar dong, Alanna. Nanti juga kamu dibeliin!" jawab Mama.
"Sekarang, kamu jagain Shantika dulu ya, Mama mau membayar baju dulu!" perintah Mama. Alanna merengut kesal. Kan, Shantika bisa menjaga dirinya sendiri, kok malah aku sih yang harus jagain Shantika?!
"Aku tinggal dulu, ya!" seru Alanna sambil meninggalkan Shantika. Shantika mengangguk pelan. Wajahnnya terlihat pucat sekali. Namun, Alanna tidak memedulikan hal itu. Ia pun pergi meninggalkan Shantika sendirian.
Alanna pun asyik melihat-lihat aksesoris yang bagus-bagus. Ah, andai Mama mau membelikanku jepit kupu-kupu ini! Harapnya.
Alanna tidak menyadari suatu hal. Tiba-tiba...
"Alanna!" teriak Mama dari kejauhan.
Karena khawatir Mama akan marah lagi, akhirnya Alanna memutuskan untuk menghampiri Mama. Ia berjalan pelan-pelan.
Akan tetapi, ketika tiba di tempat ia meninggalkan Shantika tadi, ia tidak melihat Shantika di situ. Apalagi Mama.
Alanna pun langsung menelpon Mama. 
"Halo, Mama?" 
"Alanna, Mama tunggu di Rumah Sakit Harapan Jaya sekarang!" 
"Tut....tut....tut...." telepon pun dimatikan Mama begitu saja.
"Rumah sakit?" tanya Alanna bingung. Siapa yang sakit?? 
Pertanyaan itu terngiang-ngiang di kepalanya. Tapi, ia menuruti saja. Ia pun berjalan ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit....
"Maaf, apakah adik keluarga dari Ibu Halifa?" tanya seorang suster.
"Iya, benar sekali, Suster." jawabku.
"Adik ditunggu di depan ruang ICU sekarang," kata suster itu.
Alanna pun menuju ruang ICU. Terlihat Mama sedang mennggu Alanna sambil menangis.
"Ma, Mama kenapa? Lho, Shantika mana?" tanya Alanna.
"Shantika.... Shantika ada di dalam ruangan ini, dia.... Dia kritis...." ucap Mama sambil terisak.
"Hah?? Beneran Ma?" tanya Alanna sekali lagi. Mama mengangguk pelan.
"Enggak! Enggak mungkin! Ma, aku harus ketemu sama Shantika sekarang!" seru Alanna sambil berlari masuk ke dalam ruang ICU. Mama menahannya.
"Enggak, Alanna. Kamu belum boleh masuk karena umurmu masih terlalu kecil," ucap Mama.
"Baik, Ma..." 
Tiba-tiba, seorang suster datang.
"Maaf, apakah anda Ibunda dari adinda Shantika?" tanya suster.
"Ya, benar sekali. Ada apa ya?" kata Mama.
"Ibu ditunggu oleh dokter Braham di dalam," kata sang suster.
"Al, Mama masuk dulu, ya," ucap Mama. Alanna mengangguk.
Jantungnya berdegup kencang. "Ya Tuhan, semoga Shantika baik-baik saja..." ucapnya.
Tiba-tiba, Mama keluar dengan raut wajah yang sedih.
"Ma, Shantika baik-baik aja kan, Ma?" tanya Alanna cemas.
"Enggak, Alanna. Shantika sudah pergi..." ucap Mama sedih.
"Hiks... Shantika..." tangis Alanna.
"Alanna, Mama minta maaf ya, sama kamu. Mama memperlakukan kamu dan Shantika secara tidak adil. Waktu itu..."
Mama pun mulai bercerita. Alanna mendengarkan cerita Maama dengan serius.
Jadi, waktu itu, Alanna sedang pergi les. Sementara Mama dan Shantika, sedang pergi ke dokter.
"Dok, jadi, apa penyakit anak saya ini?" tanya Mama.
"Maaf, Bu, anak ibu terkena virus berbahaya. Dan, hidupnya tidak akan lama lagi..." ucap dokter.
"Enggak, Dok, pasti ada obatnya!" sahut Mama. Dokter itu menggeleng.
"Maaf, Bu, kami belum menemukan obatnya," kata dokter.
"Dok, bagaimanapun caranya, dokter harus menyembuhkan anak saya!" balas Mama.
"Bu, saya jujur. Mana mungkin saya berbohong? Bu, kematian itu bisa datang kapan saja. Ibu harus ikhlas menghadapi semua ini," nasihat sang dokter. Mama pun menangis.
Sejak itulah Mama menjadi lebih sayang sama Shantika. Alanna sama sekali tidak mengetahui hal itu...
 ****
Hari itu juga, jenazah Shantika dikuburkan. Alanna menangis sejadi-jadinya. Sementara Mama... Ia sama sekali tidak menangis. Alanna mengerti. Mama mungkin sudah mengikhlaskan Shantika...
"Maafkan aku, Shantika...." ucap Alanna dalam hati.
-TAMAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar