Kamis, 19 September 2013

Sahabat Abadi (1)

25 September 2003

"Sepertinya hujan akan turun," kata Elena sambil menatap ke luar jendela kamar. Angin berhembus kencang. Dahan pohon akasia terangguk-angguk dengan cepat. Langit begitu gelap. Tak satu pun bintang yang tertampang di sana. 
Anggi yang berada di atas tempat tidur, merapatkan selimut ke dada. "Kalau udara dingin begini, paling enak minum secangkir cokelat panas."
Elena tersenyum pada sahabatnya itu. Akhir pekan ini begitu menyenangkan, sebab Anggi menginap di rumahnya. Meskipun ibu dan ayah Elena pergi sejak siang tadi untuk menghadiri sebuah acara, ia tak keberatan sama sekali. Ada Anggi yang menemaninya sepanjang hari.
"Oke deh, aku akan ke dapur untuk membuat dua cangkir cokelat panas," kata Elena seraya melangkah  ke luar kamar.
Selagi Elena pergi, Anggi menatap ke luar jendela. Tiba-tiba kilat menyambar diikuti gemuruh petir yang menggetarkan rumah. Seketika ruangan gelap gulita!
Anggi menjerit ketakutan. Buru-buru ia menarik selimut hingga menutupi kepalanya. "Elena...! Elena...! Kamu di manaa...?" serunya panik.
Ia menunggu beberapa menit. Tak ada jawaban. Anggi hanya bisa berdoa agar lampu segera menyala. 
Tiba-tiba, hawa dingin berhembus di kepala Anggi. Selimutnya tertarik perlahan. Ia tersadar, ada pendar cahaya di dekatnya.
"HUUAAAAA....!!" jerit Anggi sekuat tenaga.
Elena tertawa terpingkal-pingkal sambil menyikap selimut yang menutupi sahabatnya. Ia memegang sebatang lilin yang menyala. 
Elena tersenyum lebar. "Penakut! Cuma lampu mati saja kamu menjerit-jerit dan ngumpet di balik selimut," ledeknya sambil meletakkan lilin di atas meja sudut.
Wajah Anggi tampak memelas. "Mana cokelat panasku?"
"Ya ampun, Anggi! Bagaimana aku bisa membuat cokelat panas, kalau rumah gelap gulita begini," Elena memandang geli sahabatnya.
Anggi diam sejenak. Tiba-tiba, ia menyambar bantal dan melemparkannya ke arah Elena. "Nih, balasanku karena kamu telah menakut-nakutiku."
Elena ingin mengelak, tapi bantal sudah mendarat tepat di wajahnya. 
Anggi tertawa terbahak-bahak. "Bikinkan aku cokelat panas sebelum bantal itu melayang lagi!" Elena menyeringai jenaka. Ia tak mau kalah dan melemparkan kembali bantal itu ke arah Anggi. "Ini cokelat panas untukmu!" 
Refleks, Anggi menepis bantal dengan tangannya. Bantal terlempar dan mendarat tepat di atas lilin yang menyala.
Sejenak Elena dan Anggi melongo memandang kejadian yang tak disangka itu.
"Astaga! Bantalnya terbakar! Bagaimana ini... ambil air... air!" seru Elena gugup.
Secepat kilat Anggi melompat dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi. 
Elena segera meraih selimut dan memukul-mukulkannya ke atas bantal yang terbakar. Sial! Api malah membakar selimut dan menjalar cepat ke atas tempat tidur.
"Anggiii...! Tolooong...! Api semakin besaaar...!" teriak Elena. 
Napasnya memburu. Ia berusaha memadamkan api dengan segala cara. Tapi, sia-sia. Kobaran api semakin ganas. Gulungan asap hitam mulai memenuhi kamar. 
Elena terbatuk-batuk hingga tersungkur di lantai kamar. Samar-samar ia melihat Anggi berdiri di ambang pintu. "Anggi, tolong aku..." pintanya lemah. Dadanya terasa sesak. 
Anggi hanya mematung di depan pintu. Wajahnya pucat basi. Sekujur tubuhnya gemetar melihat api dan asap tebal yang memenuhi kamar. Ember berisi air yang di genggamnya terlepas dan terguling di lantai. "Api... Apinya besar sekali! El, aku... aku takut..." sahutnya terbata-bata.
Elena memandang putus asa. Saat itu, hanya Anggi yang dapat menolongnya. Namun, Anggi malah ketakutan dan tidak bertindak apa-apa.
Elena tergolek di lantai. Kepalanya terasa pusing. Napasnya tersengal-sengal. Ia menghirup begitu banyak asap hitam. "Anggi...tolong aku..." rintihnya seraya menggapai-gapai ke arah sahabatnya.
Anggi menggeleng-gelengkan kepala dengan gusar. Ia lari menjauh sambil menangis histeris. 
"Anggi...jangan tinggalkan aku..." ucap Elena lemah.
Kobaran api semakin hebat. Elena tak berdaya.  Sekujur tubuhnya terasa panas. Mulutnya tak bisa lagi bersuara. Matanya tak mampu lagi melihat. Sepasang telinganya hanya bisa menangkap desis api yang melahap habis benda-benda di sekelilingnya.
-BERSAMBUNG-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar